Annual Report

Monday 15 April 2013

Bebas malaria juga akan menguntungkan industri pariwisata

"Saya sangat paham tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan malaria", ucap Pak Thamrin Wata, seorang pejabat Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata di Provinsi Sulawesi Selatan. "Pengetahuan tentang penyakit ini sangat penting untuk pekerjaan saya, karena kita harus melindungi daerah wisata dari malaria agar lebih menarik bagi wisatawan. Sebelum saya bergabung dengan POKJA (kelompok kerja) malaria ini, saya pikir pariwisata hanya bersangkutan dengan penyakit menular seksual dan infeksi HIV. Tapi sekarang saya sadar bahwa malaria juga berperan."

Seorang bayi tidur di bawah kelambu di kabupaten Selayar
© UNICEF Indonesia / 2012 / Asri
Pak Thamrin Wata telah bekerja di Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan sejak tahun 1990. Selama ini, ia tidak pernah menerima informasi yang jelas tentang malaria sehingga ia tidak menganggap malaria penyakit serius yang perlu ditakuti.

Pada bulan Oktober 2012, Pak Thamrin Wata menghadiri lokakarya tentang malaria di Makassar, yang disponsori oleh UNICEF bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam lokakarya ini ia belajar bahwa malaria adalah penyakit yang berbahaya, terutama bagi anak-anak dan wanita hamil, jika tidak dikelola dengan benar oleh petugas kesehatan. Ini juga merupakan masalah untuk tempat-tempat tujuan wisata, karena wisatawan, terutama dari luar negri, takut terinfeksi malaria dan lebih memilih untuk bepergian ke daerah-daerah yang bebas dari malaria. Karena hal ini berkaitan secara langsung dengan pekerjaannya di Dinas Pariwisata Sulawesi Selatan, Pak Thamrin Wata memutuskan untuk menjadi anggota POKJA malaria.

"Saya akan menyampaikan pesan ini kepada semua penduduk di daerah-daerah tujuan wisata di Sulawesi Selatan, karena mereka harus tahu bagaimana cara melindungi diri dari malaria, misalnya dengan tidur di bawah kelambu," ucap Pak Thamrin Wata.

Kapal tradisional seperti ini dibuat di Bulukumba
© UNICEF Indonesia / 2012 / Laihad
Sulawesi Selatan memiliki tiga daerah tujuan wisata yang semuanya berisiko malaria tinggi: Pulau Selayar dengan perairan dan habitat laut yang populer di kalangan penyelam, Tana Toraja yang memiliki sistem kuburan kuno, serta Bulukumba yang terkenal karena pembuat kapal tradisionalnya. Terlepas dari semua keindahan alam dan budaya menarik ini, hanya sekitar 40.000 wisatawan internasional berkunjung setiap tahun. Penduduk setempat yang menghadapi risiko di tiga kabupaten tersebut berjumlah sekitar 1.066.000 orang, di antaranya sekitar 166.000 balita dan 11.000 ibu hamil.

Beberapa daerah rawa di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat sayangnya adalah tempat berkembang biak yang baik untuk nyamuk malaria. Oleh karena itu, UNICEF telah mendukung pelatihan bagi petugas kesehatan di kedua provinsi tersebut untuk mengembangkan rencana strategis dalam mengurangi tempat nyamuk berkembang biak, agar dapat mengurangi insiden malaria. Sejalan dengan rencana ini, staf kesehatan akan mengidentifikasi daerah-daerah yang berisiko dengan mengukur area perkembang biakan. Kemudian mereka akan menggerakkan masyarakat untuk bekerja sama dalam mengurangi daerah-daerah berisiko itu. Masyarakat diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk upaya ini, misalnya dengan membangun saluran pembuangan air sederhana, membersihkan kubangan air di sekitar tanaman, serta menghilangkan genangan air.

Daerah rawa seperti hutan di Kabupaten Selayar ini adalah
tempat ideal untuk nyamuk berkembang biak
© UNICEF Indonesia / 2012 / Asri
UNICEF juga mendukung kunjungan studi ke Sabang, Propinsi Aceh, untuk tim malaria dari Sulawesi Selatan dan Kabupaten Polman di Sulawesi Barat. Para partisipan belajar tentang pengalaman pemberantasan malaria di Sabang, integrasi program-program malaria, kesehatan ibu dan anak, imunisasi, serta pengelolaan lingkungan dan pengawasan malaria di kabupaten ini. Pak Saman Lilo, pemimpin masyarakat dan pensiunan kepala sekolah dari Polman, adalah salah satu peserta. "Di Sabang saya belajar bahwa masyarakat harus terlibat dalam pengendalian malaria, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan", kenangnya. "Secara kultural, Sabang dan Polman sangat mirip. Itulah mengapa saya berpikir bahwa di Polman kita bisa meniru praktik yang baik dari Sabang, seperti mengajar anak-anak di sekolah tentang nyamuk dan tempat berkembang biak mereka dan mendorong masyarakat untuk menjaga rumah, kebun dan pekarangan mereka bersih dari genangan air yang berpotensi menjadi tempat nyamuk berkembang biak."

"Kami berharap dengan upaya yang berkesinambungan dan terkoordinasi oleh semua sektor, kita bersama-sama dapat mengurangi jumlah kasus malaria dan bergerak menuju upaya pra-eliminasi malaria. Jadi malaria tidak akan menjadi ancaman lagi - baik bagi masyarakat kita maupun bagi wisatawan yang berkunjung ke provinsi kami yang indah! Dan jika suatu saat tujuan pariwisata kami benar-benar bebas dari malaria, lebih banyak wisatawan akan bersemangat mengunjungi Sulawesi Selatan dan Barat sehingga akan memperbaiki situasi ekonomi dan masa depan anak-anak kita!" seru Pak Thamrin Wata.

Matahari terbenam yang indah di kabupaten Selayar
© UNICEF Indonesia / 2012 / Laihad