Annual Report

Friday 15 May 2015

Kisah Sulaeha: Menyelamatkan nyawa di Sumenep

Sulaeha adalah seorang ibu dari tiga anak yang berasal dari Sumenep, Jawa Timur. Sejak dulu, Ia selalu peduli akan kesejahteraan keluarga dan warga di lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, Sulaeha memutuskan untuk menjadi relawan di bidang kesehatan.

“Hanya karena saya bukan petugas kesehatan yang terlatih, bukan berarti saya tidak bisa membantu memperbaiki kesehatan anak-anak di lingkungan saya,” kata Sulaeha. “Paling tidak saya bisa bantu menyambungkan fakta-fakta kesehatan penting dengan ajaran agama.”

Sulaeha adalah anak dari seorang tokoh agama yang dihormati dan anggota aktif Fatayat, sub-unit perempuan dari Nadhlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di dunia dengan sekitar 80 juta anggota. Oleh karena itu, ia memiliki pengetahuan yang luas mengenai agama Islam.


Sulaeha sering mengadakan lokakarya kesehatan di masjid dekat rumahnya. ©UNICEF Indonesia/2015

Peran Sulaeha sebagai relawan adalah untuk meyakinkan orang tua bahwa imunisasi bukan hanya penting bagi anak mereka, tapi juga sesuai dengan ajaran agama Islam. Hal ini sangat penting di daerah-daerah seperti Sumenep, di mana mayoritas penduduk adalah pemeluk agama Islam.


Akses kepada informasi kesehatan sangat terbatas di Sumenep. Akibatnya, ada banyak kesalahpahaman tentang imunisasi dari segi sosial, budaya dan kepercayaan agama. Kesalahpahaman itu beraneka ragam mulai dari kecemasan terhadap efek samping hingga pertanyaan apakah penggunaan vaksin sesuai dengan ajaran agama Islam.

Sulaeha mengunjungi daerah di sekitarnya untuk mempromosikan imunisasi dengan menggunakan materi komunikasi yang dikembangkan oleh UNICEF dan Kementerian Kesehatan. Materi-materi ini membantunya untuk mengajarkan aspek-aspek teknis imunisasi dan melawan kesalahpahaman yang merugikan.

Warga di Sumenep mempelajari flip chart imunisasi dari UNICEF. ©UNICEF Indonesia/2015

Hasil–hasil survei kesehatan yang terbaru (IDHS 2012, Riskesdas 2013) mengkonfirmasi rendahnya cakupan imunisasi di Indonesia, termasuk di Sumenep. Sebuah studi dari UNICEF (Immunisation Drop Out Study, 2011) menemukan bahwa miskonsepsi sosial, budaya dan agama adalah hambatan utama bagi penggunaan layanan dan pelengkapan imunisasi oleh orang tua.

Untuk melawan hal ini, UNICEF, WHO dan Kementerian Kesehatan Indonesia kini bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia untuk mengadakan road show advokasi dan lokakarya komunikasi di tempat-tempat seperti Sumenep.

Sulaeha akan terus melanjutkan kegiatannya sebagai relawan. Ia sering mengajak putranya ke sesi-sesi yang diadakannya. Imunisasi dasar sang putra pun terpenuhi dengan lengkap sesuai jadwal. Namun Sulaeha tidak akan berhenti sebelum semua anak di Sumenep juga melengkapinya.