Annual Report

Tuesday 9 June 2015

Remaja Indonesia bersiap menghadapi bencana (dengan cara yang kreatif)

Nick Baker, Communication and Knowledge Management Officer

Siswa SMP pada Lokakarya uji coba Paket untuk Remaja Berekspresi dan Berinovasi. ©UNICEF Indonesia/2015/Nick Baker. 

Sebuah ruang kelas di daerah Jakarta Timur riuh dengan kegiatan. Sekitar 20 remaja merangkai berbagai kata, bentuk dan pola pada secarik kertas putih berukuran besar. Suasananya begitu hidup, namun topiknya tidak main-main: banjir dahsyat yang akan datang.

 Jakarta terkenal karena banjir musimannya yang parah. Dan wilayah di bagian timur Jakarta sering menanggung beban ini setiap musim hujan. Sebagian besar remaja yang mengikuti lokakarya ini memilki koleksi cerita yang memilukan tentang banjir. Beberapa bahkan memiliki pengalaman yang nyaris merenggut nyawa mereka.

“Saya mengalami banjir yang sangat parah pada tahun 2007,” cerita Vicka, peserta yang berusia 14 tahun, “Waktu itu sekitar pukul dua pagi ketika banjir datang. Sebentar saja air sudah mencapai langit-langit rumah. Suasana gelap gulita dan seluruh keluarga saya sangat ketakutan.”

“Ayah saya menenangkan kami semua dan membawa kami ke atap rumah untuk mencari pertolongan. Akhirnya perahu penyelamat datang. Kami harus lompat ke perahu dari atap rumah. Saya sangat takut, namun beruntung kami semua baik-baik saja. Bagian yang paling mencemaskan adalah ibu saya sedang mengandung pada saat itu. Akhirnya dia melahirkan adik perempuan saya keesokan harinya.”

Paket Remaja untuk Berekspresi dan Berinovasi sedang diujicobakan di Indonesia dan di Sudan Selatan. ©UNICEF Indonesia/2015/Nick Baker.


Tahun lalu UNICEF memutuskan untuk menguji coba Paket untuk Remaja Berekspresi dan Berinovasi di wilayah pemukiman yang rawan banjir di daerah Kampung Melayu dan Rawajati. Paket yang dikembangkan di Kantor Pusat UNICEF di New York, merupakan paket yang berisi peralatan dan benda-benda yang ditujukan untuk membantu remaja mempersiapkan diri dalam menghadapi konflik dan krisis dengan cara yang inovatif.

UNICEF dan mitra lokalnya sejak itu bekerja sama dengan delapan kelompok remaja selama 12 bulan. Prosesnya mencakup lokakarya rutin dengan menggunakan  alat-alat yang terdapat dalam Paket utuk Remaja. Setiap remaja didorong untuk membuat rencana apabila banjir datang dengan menggunakan cara-cara yang kreatif, orisinal dan bahkan artistik.

 “Indonesia merupakan salah satu negara rawan bencana di dunia,” ujar HIV and Adolescent Officer UNICEF, Annisa Budiyani pada salah satu acara lokakarya, “Jadi sangat penting untuk mempromosikan dan membuat para remaja dapat berpartisipasi dalam pengembangan solusi yang sesuai untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi  sebelum, selama dan sesudah keadaan darurat yang berdampak pada kehidupan mereka.”

“Paket untuk Remaja ini memiliki fokus untuk membangun kapasitas remaja untuk mengatasi stres yang diakibatkan oleh keadaan darurat dan memberdayakan diri mereka sendiri untuk menangani risiko yang dikaitkan dengan keberadaan mereka sebagai remaja dalam situasi darurat. Tujuan kami adalah untuk memberikan keterampilan, metode dan peralatan untuk menciptakan sistem mereka sendiri guna mendukung dan mencari solusi sebagai remaja.”


Fauzan memiliki rencana besar untuk masa depan. ©UNICEF Indonesia/2015/Nick Baker

Para remaja yang ikut serta dalam lokakarya ini tidak hanya merancang berbagai rencana penanggulangan banjir dan solusinya, namun juga mengembangkan kemampuan individu mereka sendiri secara signifikan.

 “Saya belajar berdiskusi, melakukan curah pendapat dan berbagi pengetahuan dengan orang lain,” kata Fauzan, seorang peserta lokakarya yang berusia 13 tahun, “Hal-hal yang sangat jarang saya lakukan. Kami didorong untuk mengeluarkan pendapat kami. Kemampuan kreatif saya jelas meningkat.”

Fauzan pernah bekerja pada sejumlah proyek untuk menangani banjir dalam beberapa tahun terakhir. Di antaranya proyek mekanisme peringatan dini yang menggunakan sistem audio di mesjid setempat dan proyek yang mencari cara-cara untuk membantu pedagang kaki lima selama banjir.

Ketika ditanya apa cita-citanya jika telah dewasa nanti, Fauzan terdiam sejenak. “Saya ingin jadi walikota di daerah saya tinggal. Sekarang saya sungguh-sungguh ingin melayani masyarakat saya,” ujarnnya.

UNICEF akan menggunakan waktu beberapa bulan ke depan untuk menilai program uji coba Paket untuk Remaja ini di Indonesia dan Sudan Selatan. Paket ini akan tersedia bagi seluruh kantor perwakilan UNICEF di seluruh dunia.