Annual Report

Monday 4 January 2016

Membangun Toilet, Menyelamatkan Kehidupan

Oleh Nick Baker, Communication and Knowledge Management Officer

Masa Depan Vikensa Hamakonda sedikit lebih cerah. ©UNICEF Indonesia/2015/NickBaker

Vikensa Hamakonda, anak usia sepuluh bulan melihat tambahan ruangan baru untuk rumah keluarganya dengan penuh keingintahuan. Tambahan ruangan baru tersebut adalah toilet di luar rumah yang dibuat dari bambu dan seng. Akan tetapi, bangunan sederhana ini mungkin akan dapat menyelamatkan hidup Vikensa.

Di Pulau Sumba (NTT), buang air besar sembarangan merupakan praktek yang telah diterima oleh  sebagian besar orang. Banyak orang tidak mengetahui bahwa buang air besar sembarangan membahayakan kehidupan anak-anak di Indonesia.

Patogen dari kotoran di tempat terbuka dapat dengan mudah masuk ke rantai makanan dan air konsumsi masyarakat. Hal ini akan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, yang secara khusus mempengaruhi anak-anak.

Di Sumba, ada banyak cerita tentang anak-anak yang meninggal karena diare – yang mungkin disebabkan oleh sanitasi buruk. Buruknya sanitasi juga berdampak pada pertumbuhan anak-anak karena terkait dengan tingginya angka gizi kurang.

UNICEF mendukung sejumlah program untuk mengakhiri buang air besar sembarangan di Sumba. Salah satu program tersebut adalah membantu petugas kesehatan setempat untuk mengadakan "sesi pemicuan". Sesi pemicu merupakan sebuah proses merubah perilaku sanitasi dan hygiene masyarakat di setiap desa. Sesi tersebut melibatkan demonstrasi dramatis tentang bagaimana kotoran di tempat terbuka dapat menyebabkan anak sakit.

Belakangan ini, sesi pemicu diadakan di desa Vikensa. Ayah Vikensa, Letu, mengikuti sesi tersebut. "Ini merupakan pengalaman yang sangat luar biasa," katanya." Saya belajar bagaimana kuman dari kotoran dari luar rumah bisa hinggap di makanan keluarga saya." Pesan terakhirnya sederhana: bangun dan gunakan toilet.

Program ini menimbulkan dampak berkelanjutan terhadap Letu. Sebelumnya, keluarga Letu buang air besar di area terbuka di belakang rumah mereka. Tetapi sekarang tidak lagi. Letu sudah membangun toilet. Dan banyak penduduk desa lainnya melakukan hal yang sama.

Ini berarti anak-anak seperti Vikensa akan terbantu dalam memperoleh awal kehidupan  yang terbaik bagi mereka.