Saya bertemu Dissa beberapa minggu yang lalu di sebuah acara
karir yang diselenggarakan oleh universitas saya di Jepang, Ritsumeikan Asia
Pacific University (APU). Dia adalah alumni APU yang diundang untuk berbicara
di acara tersebut. Saat ini Dissa bekerja sebagai equity analyst di Credit
Suisse Singapore, serta pemilik DeafCafé Fingertalk, kafe pertama di Indonesia di mana semua karyawan tunarungu.
Meskipun usianya baru 25 tahun, dia telah memiliki banyak
pengalaman sebagai relawan di berbagai negara. Dia datang ke Jepang pada usia
16 tahun untuk belajar di APU, di mana ia terlibat dalam banyak kegiatan
sukarela dan penggalangan dana. Dissa juga pernah bekerja untuk hoshiZora yang merupakan LSM berbasis
siswa, dan juga sebuah LSM yang dibentuk orangtuanya yaitu As Sakinah Foundation. Kedua LSM tersebut menyediakan bantuan
pendidikan bagi anak-anak kurang mampu di Indonesia.