Annual Report

Wednesday 25 January 2017

Tenda UNICEF untuk anak-anak di Pidie Jaya - Aceh

Oleh: Cory Rogers

Hari Rabu, saat ribuan orang keluar untuk salat subuh berjamaah, tanah di Pidie Jaya – Aceh Utara tiba-tiba terguncang. Dalam hitungan menit, 3000 rumah hancur menjadi puing-puing, jalanan di sekitar terbelah dan rusak parah.

Berdasarkan data terakhir dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 102 orang meninggal duni, lebih dari 300 orang terluka, dan 85.000 penduduk saat ini masih dalam pengungsian. Seperempat dari mereka yang meninggal berusia di bawah 18 tahun.

Dampak langsung dari gempa tersebut adalah puluhan ribu orang kehilangan rumahnya. Juga banyak dari mereka yang tidak memiliki akses pelayanan yang baik seperti, air yang aman, kesehatan dan sanitasi, bahkan pendidikan.

BNPB bekerjasama dengan lintas kementerian menyediakan tempat pengungsian sementara untuk perlindungan, kesehatan, logistik dan peralatan, serta sarana pendidikan, didukung oleh 50 Organisasi Non Pemerintah (NGO), 4 badan PBB dan donatur dari sektor swasta.

UNICEF sendiri diminta bergabung dengan Kementerian Pendidikan untuk menilai kerusakan yang dialami sekolah-sekolah. Penilaian ini meliputi 3 Kabupaten yaitu Pidie Jaya, Pidie dan Bireun, yang semuanya terletak dekat dengan pusat gempa di pantai utara Aceh.

“Sejauh ini kami masih mengidentifikasi kekurangan dan kebutuhan apa saja yang harus dipenuhi,” Ujar Yusra Tebe - Spesialis Pendidikan untuk Bencana di UNICEF, yang ikut bergabung dengan tim di lapangan. “Dari 296 sekolah di Pidijaya, 155 rusak karena gempa, sementara itu 40 lainnya rusak parah hingga tidak dapat diperbaiki lagi.” Tambahnya. Data tersebut belum termasuk pengecekan dari sekolah-sekolah islam yang berada di sana.

Dinas Pendidikan Pidie Jaya telah merekomendasikan siswa-siswa yang sekolahnya hancur karena gempa untuk mengikuti kegiatan belajar di sekolah lain sementara sekolah mereka diperbaiki.

Sebelumnya UNICEF juga telah memasok puluhan tenda pendidikan kepada Departemen Pendidikan di Sumatera Utara agar mempermudah mobilisasi saat bencana terjadi. Dengan kerusakan yang sangat parah saat ini tenda-tenda itu pun digunakan untuk tempat belajar semantara anak-anak di Pidie Jaya, telah didirikan mulai tanggal 10 Desember.

“Tahun kemarin kami menyumbang puluhan tenda untuk prasarana pendidikan dan bermain anak.” Jelas Yusra. Mereka membangun tenda pertama di Pidie Jaya beberapa hari setelah bencana terjadi.

“Total ada 40 tenda yang kita butuhkan, semoga smeuanya bisa didirikan pada 2 Januari saat sekolah dimulai.” Jelas Yusra lagi. Status darurat telah diumumkan di 3 kabupaten yang juga sedang dalam waktu libur sekolah.

Program asisten UNICEF juga hadir saat pendirian tenda di Pelandok Tunong, sekolah kedua di Desa Trienggadeng. “Kepala sekolah sangat antusias dengan pendirian tenda ini, karena itu dapat mempermudah proses belajar mengajar, ini sangat penting menurut beliau.” Ujar Said.

Di saat-saat seperti ini, hidup anak-anak harus kembali seperti sedia kala secepat mungkin, termasuk semua yang ada di dalamnya teman-teman dan lingkungan mereka. Untuk mendukung semua itu, organisasi lokal saat ini tengah berupaya merencanakan sejumlah kegiatan untuk mereka di sekolah.
“Saya percaya ini dapat memulihkan anak-anak dari stres dan trauma mereka,” ujar Said, hal itulah yang terpenting, mengingat gempa susulan juga telah terjadi di 3 kabupaten dan memperburuk keadaan para korban.

Tim yang turun ke lapangan juga mengidentifikasi kebutuhan buku, peralatan sekolah, dan dukungan psikologis. UNICEF juga menyumbang perlengkapan untuk kebutuhan Pendidikan Anak Usia dini yang telah dibawa ke Pidie Jaya dari tempat penyimpanan di Sumatera Utara. “80 perlengkapan lainnya di medan bisa langsung dimobilisasi kapanpun jika dibutuhkan.” Ujar Yusra.

Seluruh perlengkapan ini berisi alat tulis dan alat-alat kerajinan tangan, dapat digunakan sambil menunggu perbaikan dan pembangunan kembali sekolah mereka.

Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Litbang, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB menjelaskan bahwa seluruh dana sumbangan akan dialokasikan ntuk membangun dan memperbaiki sekolah-sekolah yang rusak karena bencana.